Thursday 25 April 2013


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ENDOMETRITIS



<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->PENGERTIAN
Endometritis adalah peradangan lapisan endometrium rahim,peradangan mungkin melibatkan myometrium dan, kadang-kadang parametrium.  Endometritis dapat dibagi menjadi terkait kehamilan dan endometritis yang tidak terkait dengan kehamilan.Ketika kondisi tidak terkait dengan kehamilan, itu dianggap sebagai penyakit inflammatory panggul. Endometritis ini sering dikaitkan dengan peradangan tabung saluran indungtelur (salpingitis), indungtelur (oophoritis) dan panggul peritoneum (karena peritonitis panggul).

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->ETIOLOGI
Endometritis adalah penyakit polymicrobial yang melibatkan, rata-rata, 2-3 organisme.Dalam kebanyakan kasus ditemukan dari penyebaran infeksi sekitar vagina.Biasanya terisolasi organism termasuk Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerellavaginalis, BacteroidesbiviusdanGrup B Streptococcus.Klamidia telah dikaitkan dengan onset akhir endometritis setelah bersalin. Enterococcus diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima cephalosporin profilaksis.



<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->PATOFISOLOGI
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari penyebaran infeksi dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium. Dalam populasi nonobstetric, penyakit inflammatory panggul dan prosedur invasive adalah predisposisi yang paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah penyebab paling umum.

<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->FAKTOR RISIKO
Wanita sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi. Risiko meningkat karena dari osserviks terbuka, adanya perdarahan dan bahan lain dari proses persalinan.
Faktor-faktor risiko utama untuk obstetric endometritis meliputi:
- OperasiCesarea (terutamajikasebelum 28 minggukehamilan)
- Gejala yang berkepanjangan
- Pemeriksaan vagina yang sering
- Infeksi cairan amnion
- Pelepasan plasental manual
- Usia pasien
- Status sosial ekonomi rendah
<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->TANDA DAN GEJALA
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Diagnosis biasanya didasarkan pada temuan klinis, sebagai berikut:
- Demam
- Nyeri perut bagian bawah
- Lochia berbau busuk
- Pendarahan abnormal vagina
- Dyspareunia (mungkin ada pad apasien dengan penyakit  inflammatory  panggul)
- Dysuria (mungkin ada pada pasien dengan  PID)
- Malaise
Dalam kasus setelah bersalin, pasien datang dengan demam dan menggigil, sakit perut bagian bawah dan berbau busuk lochia. Pasien dengan PID datang dengan sakit perut bagian bawah, vagina, dyspareunia, dysuria, demam, dan tanda-tanda sistemik lain. Namun, PID disebabkan oleh Chlamydia cenderung menjadi lamban, dengan gejala ringan.

<!--[if !supportLists]-->6.      <!--[endif]-->KOMPLIKASI
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Luka infeksi
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Karena peritonitis
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Infeksi Adnexal
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Parametrialphlegmon
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Panggul abses
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Panggul lebam
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Septik panggul thrombophlebitis
Penyebaran infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur atau rongga peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena peritonitis local atau abses tuboovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal dysmotility dan pelekatan yang mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih tinggi dari kehamilan ektopik, dan kronis nyeri panggul.
<!--[if !supportLists]-->7.      <!--[endif]-->PENATALAKSANAAN MEDIS
Antibiotik ditambah drainase yang memadai merupakan pokok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum.
Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).

ASUHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ENDOMETRITIS

<!--[if !supportLists]-->A.                <!--[endif]-->PENGKAJIAN
DATA DASAR
1.     Aktifitas/istirahat
        Malaise, letargi.
        Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
2.     Sirkulasi
        Takikardi.
3.     Eliminasi
        Diare mungkin ada.
        Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
4.     Integritas ego
        Ansietas jelas (poritunitis).
5.     Makanan atau cairan
        Anoreksia, mual/muntah.
        Haus, membran mukosa kering.
        Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
6.     Neurosensori
        Sakit kepala.
7.     Nyeri/ketidaknyamanan.
        Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen.
        Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan.
        Nyeri/kekakuan abdomen.
8.     Pernapasan
        Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
9.     Keamanan
        Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24 jam pascapartum.
        Demam ringan.
        Menggigil.
        Infeksi sebelumnya.
        Pemajanan lingkungan.
10.   Seksualitas
        Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama.
        Hemorargi pascapartum.
        Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen.
        Subinvolusi uterus mungkin ada.
        Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan.
11.   Interaksi sosial
        Status sosio ekonomi rendah.
          PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
<!--[if !supportLists]-->1.         <!--[endif]-->Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
<!--[if !supportLists]-->2.         <!--[endif]-->Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada adanya infeksi.
<!--[if !supportLists]-->3.         <!--[endif]-->Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
<!--[if !supportLists]-->4.         <!--[endif]-->Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus/intraservikal drainase luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus: mengidentifikasi organisme penyebab.
<!--[if !supportLists]-->5.         <!--[endif]-->Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
<!--[if !supportLists]-->6.         <!--[endif]-->Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
<!--[if !supportLists]-->7.         <!--[endif]-->Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis,massa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.
<!--[if !supportLists]-->8.         <!--[endif]-->Bakteriologi: spesimen darah, urin dikirim ke laboratorium bakteriologi untuk pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan sensitifitas antibiotik. Organisme yang sering diisolasi dari darah pasien dengan endometritis setelah seksio sesarea adalah peptokokus, enterokokus, clostridium, bakterioles fragilis, Escherechia coli, Streptococcus beta hemilitikus, stafilokokus koagulase-positif, mikrokokus, proteus, klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega).
<!--[if !supportLists]-->9.         <!--[endif]-->Kecepatan sedimentasi eritrosit:
Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi.
<!--[if !supportLists]-->10.     <!--[endif]-->Foto abdomen
Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis klostridia.
C.        DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
2.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.
3.   Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
4.   Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri.
D.        INTERVENSI
1.   Diagnosa Keperawatan I:
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Intervensi:
Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung.
Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi.
Demonstrasikan massase fundus yang tepat.
Pantau suhu, nadi, pernapasan.
Observasi/catat tanda infeksi lain.
Pantau masukan oral/parenteral.
Anjurkan posisi semi fowler.
Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada.
Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak putih.
Kolaborasi dengan medis.
2.     Diagnosa Keperawatan II:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.
Intervensi:
Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila masukan oral dibatasi.
Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan nutrisi lain.
Anjurkan tidur/istirahat adekuat.
Kolaborasi dengan medis:
Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
Berikan parenteral zat besi dan atau vitamin sesuai indikasi.
Bantu penempatan selang nasogastrik dan Miller Abbot.
3.     Diagnosa Keperawatan III:
Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
Intervensi:
Kaji lokasi dan sifat ketidakmampuan/nyeri.
Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan dan kehangatan.
Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi.
Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.
Kolaborasi dengan medis:
a)  Berikan analgesik/antibiotik.
b) Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas/rendam duduk sesuai indikasi.

4.     Diagnosa Keperawatan IV:
Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri.
Intervensi:
Berikan kesempatan untuk kontak ibu bayi kapan saja memungkinkan.
Pantau respon emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi, seperti depresi dan marah.
Anjurkan klien untuk menyusui bayi.
Observasi interaksi bayi-ibu.
Anjurkan ayah/anggota keluarga lain untuk merawat dan berinteraksi dengan bayi.
Kolaborasi dengan medis.
E.         EVALUASI
1.Diagnosa Keperawatan I
a.     Mengungkapkan pemahaman tentang faktor resiko penyebab secara individual. Melakukan perilaku untuk membatasi penyebaran infeksi dengan tepat, menurunkan risiko komplikasi.
b.     Mencapai pemulihan tepat waktu.
2.     Diagnosa Keperawatan II
Memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibuktikan oleh pemulihan luka tepat waktu, tingkat energi tepat, penurunan berat badan dan Hb/Ht dalam batas normal yang diharapkan pasca partum.
3.     Diagnosa Keperawatan III
a.     Mengidentifikasi/menggunakan tindakan kenyamanan yang tepat secara individu.
b.     Melaporkan ketidaknyamanan hilang atau terkontrol.


4.  Diagnosa Keperawatan IV
a.  Menunjukkan perilaku kedekatan terus-menerus selama interaksi    orang tua-bayi.
b.     Mempertahankan/melakukan tanggung jawab untuk perawatan fisik dan emosi terhadap bayi baru lahir, sesuai kemampuan.
c.     Mengekspresikan kenyamanan dengan peran sebagai orang tua.

Gambar Alat Reproduksipada Wanita :














TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA  NYONYA  A DENGAN ENDOMETRITIS

Kasus:
Ny. B, 30 tahun P2AO mengeluh keram perut pada saat menstruasi. Hal ini terjadi semenjak menstruasi pertama. Rasa nyeri itu menjalar sampai kepinggang dan ke paha bawah sampai Ny. B sulit untuk berjalan. Selama nyeri berlangsung disertai dengan demam
Pertanyaan :
  1. Apa yang dialami oleh Ny. A?
  2. Jelaskan kasus itu bisa terjadi dan buat asuhan keperawatannya

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Pengkajian :
Identitas Pasien:
Nama : Ny. B
Umur : 30 tahun
Data subyektif:
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->klien mengeluh kram perut pada saat menstruasi.
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Klien mempunyai 2 orang anak, belum pernah abortus
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang dan paha

Data Obyektif:
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Suhu 38oC
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Klien susah berjalan
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Nyeri tekan pada perut bagian bawah
<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Diagnosa Keperawatan
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive





















RENCANA PERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
Data subyektif:
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-klien mengeluh kram perut pada saat menstruasi.
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-Klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang dan paha

Data Obyektif:
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-Klien susah berjalan
-Nyeri tekan pada perut bagian bawah
Nyeriberkurang
Kaji lokasi dan sifat ketidakmampuan/nyeri.

Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan dan kehangatan.

Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi.

Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.

Kolaborasi dengan medis:
a)Berikan analgesik/antibiotik.
b)Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas/rendam duduk sesuai indikasi










Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Data subyektif:
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-klien mengeluh kram perut pada saat menstruasi.
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-Klien mempunyai 2 orang anak, belum pernah abortus
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-Klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang dan paha
Data Obyektif:
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-Suhu 38oC
<!--[if !supportLists]-->-          <!--[endif]-->-Klien susah berjalan
-Nyeri tekan pada perut bagian bawah
Tidakterjadiinfeksi
Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.

Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung.

Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi.

Demonstrasikan massase fundus yang tepat.

Pantau suhu, nadi, pernapasan.

Observasi/catat tanda infeksi lain.

Pantau masukan oral/parenteral.

Anjurkan posisi semi fowler.

Selidiki keluhan nyeri kaki dan dada.

Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak putih.

Kolaborasi dengan medis.





DAFTAR PUSTAKA

Barlzad, A. (1993). Endokrinologi Ginekologi.Jakarta: KSERI. Media Aesculapius.

Doengoes, Marilynn. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien.Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (Jilid 1).Jakarta: Media Aesculapius.