ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ENDOMETRITIS
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->PENGERTIAN
Endometritis adalah peradangan lapisan endometrium rahim,peradangan
mungkin melibatkan myometrium dan, kadang-kadang parametrium. Endometritis dapat dibagi menjadi terkait kehamilan
dan endometritis yang tidak terkait dengan kehamilan.Ketika kondisi tidak terkait
dengan kehamilan, itu dianggap sebagai penyakit inflammatory panggul. Endometritis
ini sering dikaitkan dengan peradangan tabung saluran indungtelur
(salpingitis), indungtelur (oophoritis) dan panggul peritoneum (karena
peritonitis panggul).
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->ETIOLOGI
Endometritis adalah penyakit
polymicrobial yang melibatkan, rata-rata, 2-3 organisme.Dalam kebanyakan kasus ditemukan
dari penyebaran infeksi sekitar vagina.Biasanya terisolasi organism termasuk Ureaplasma
urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerellavaginalis, BacteroidesbiviusdanGrup
B Streptococcus.Klamidia telah dikaitkan dengan onset akhir endometritis setelah
bersalin. Enterococcus diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan
yang telah menerima cephalosporin profilaksis.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->PATOFISOLOGI
Infeksi endometrium,
atau decidua, biasanya hasil dari penyebaran infeksi dari saluran kelamin yang
lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai
akut dan kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar
endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit
dalam stroma endometrium. Dalam populasi nonobstetric, penyakit inflammatory
panggul dan prosedur invasive adalah predisposisi yang paling umum untuk endometritis
akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah penyebab paling
umum.
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->FAKTOR
RISIKO
Wanita sangat rentan terhadap
endometritis setelah kelahiran atau aborsi. Risiko meningkat karena dari osserviks
terbuka, adanya perdarahan dan bahan lain dari proses persalinan.
Faktor-faktor risiko utama untuk
obstetric endometritis meliputi:
- OperasiCesarea (terutamajikasebelum 28 minggukehamilan)
- Gejala yang berkepanjangan
- Pemeriksaan vagina yang sering
- Infeksi cairan amnion
- Pelepasan plasental manual
- Usia pasien
- Status sosial ekonomi rendah
- OperasiCesarea (terutamajikasebelum 28 minggukehamilan)
- Gejala yang berkepanjangan
- Pemeriksaan vagina yang sering
- Infeksi cairan amnion
- Pelepasan plasental manual
- Usia pasien
- Status sosial ekonomi rendah
<!--[if !supportLists]-->5.
<!--[endif]-->TANDA
DAN GEJALA
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Diagnosis biasanya didasarkan pada temuan
klinis, sebagai berikut:
- Demam
- Nyeri perut bagian bawah
- Lochia berbau busuk
- Pendarahan abnormal vagina
- Dyspareunia (mungkin ada pad apasien dengan penyakit inflammatory panggul)
- Dysuria (mungkin ada pada pasien dengan PID)
- Malaise
Dalam kasus setelah bersalin, pasien datang dengan demam dan menggigil, sakit perut bagian bawah dan berbau busuk lochia. Pasien dengan PID datang dengan sakit perut bagian bawah, vagina, dyspareunia, dysuria, demam, dan tanda-tanda sistemik lain. Namun, PID disebabkan oleh Chlamydia cenderung menjadi lamban, dengan gejala ringan.
- Demam
- Nyeri perut bagian bawah
- Lochia berbau busuk
- Pendarahan abnormal vagina
- Dyspareunia (mungkin ada pad apasien dengan penyakit inflammatory panggul)
- Dysuria (mungkin ada pada pasien dengan PID)
- Malaise
Dalam kasus setelah bersalin, pasien datang dengan demam dan menggigil, sakit perut bagian bawah dan berbau busuk lochia. Pasien dengan PID datang dengan sakit perut bagian bawah, vagina, dyspareunia, dysuria, demam, dan tanda-tanda sistemik lain. Namun, PID disebabkan oleh Chlamydia cenderung menjadi lamban, dengan gejala ringan.
<!--[if !supportLists]-->6.
<!--[endif]-->KOMPLIKASI
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Luka
infeksi
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Karena
peritonitis
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Infeksi
Adnexal
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Parametrialphlegmon
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Panggul
abses
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Panggul
lebam
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Septik
panggul thrombophlebitis
Penyebaran
infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur atau rongga
peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena peritonitis local
atau abses tuboovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal dysmotility dan pelekatan
yang mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih tinggi dari kehamilan ektopik,
dan kronis nyeri panggul.
<!--[if !supportLists]-->7.
<!--[endif]-->PENATALAKSANAAN
MEDIS
Antibiotik ditambah drainase yang
memadai merupakan pokok sasaran terapi. Evaluasi
klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan
petunjuk untuk terapi antibiotik.
Cairan intravena dan elektrolit
merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk
pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat
mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
Pengganti darah dapat diindikasikan
untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum.
Tirah baring dan analgesia merupakan
terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
Tindakan bedah: endometritis post
partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi
serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang
tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati.
Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila
klostridia telah meluas melampaui
endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok,
hemolisis, gagal ginjal).
ASUHAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ENDOMETRITIS
<!--[if !supportLists]-->A.
<!--[endif]-->PENGKAJIAN
DATA
DASAR
1. Aktifitas/istirahat
Malaise, letargi.
Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
2. Sirkulasi
Takikardi.
3. Eliminasi
Diare mungkin ada.
Bising usus mungkin tidak ada jika
terjadi paralitik ileus.
4. Integritas ego
Ansietas jelas (poritunitis).
5. Makanan atau cairan
Anoreksia, mual/muntah.
Haus, membran mukosa kering.
Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas
(peritonitis).
6. Neurosensori
Sakit kepala.
7. Nyeri/ketidaknyamanan.
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan
abdomen.
Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri
tekan.
Nyeri/kekakuan abdomen.
8. Pernapasan
Pernapasan cepat/dangkal
(berat/pernapasan sistemik).
9. Keamanan
Suhu 38 derajat celcius atau lebih
terjadi jika terus-menerus, di luar 24 jam pascapartum.
Demam ringan.
Menggigil.
Infeksi sebelumnya.
Pemajanan lingkungan.
10. Seksualitas
Pecah ketuban dini/lama, persalinan
lama.
Hemorargi pascapartum.
Tepi insisi: kemerahan, edema, keras,
nyeri tekan, drainase purulen.
Subinvolusi uterus mungkin ada.
Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau,
banyak/berlebihan.
11. Interaksi sosial
Status sosio ekonomi rendah.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Laju sedimentasi darah dan jumlah sel
darah merah: sangat meningkat pada adanya infeksi.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht):
penurunan pada adanya anemia.
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan
intrauterus/intraservikal drainase luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan
uterus: mengidentifikasi organisme penyebab.
<!--[if !supportLists]-->5.
<!--[endif]-->Urinalisis dan kultur: mengesampingkan
infeksi saluran kemih.
<!--[if !supportLists]-->6.
<!--[endif]-->Ultrasonografi: menentukan adanya
fragmen-fragmen plasenta yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
<!--[if !supportLists]-->7.
<!--[endif]-->Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat
dan lokasi nyeri pelvis,massa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan
trombosis.
<!--[if !supportLists]-->8.
<!--[endif]-->Bakteriologi: spesimen darah, urin
dikirim ke laboratorium bakteriologi untuk pewarnaan gram, biakan dan
pemeriksaan sensitifitas antibiotik. Organisme yang sering diisolasi dari darah
pasien dengan endometritis setelah seksio sesarea adalah peptokokus,
enterokokus, clostridium, bakterioles fragilis, Escherechia coli, Streptococcus
beta hemilitikus, stafilokokus koagulase-positif, mikrokokus, proteus,
klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega).
<!--[if !supportLists]-->9.
<!--[endif]-->Kecepatan sedimentasi eritrosit:
Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat
sedimentasi cenderung meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi.
<!--[if !supportLists]-->10.
<!--[endif]-->Foto abdomen
Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya
mionekrosis klostridia.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive.
3. Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh
dan sifat infeksi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi
orang tua berhubungan dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik,
ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri.
D. INTERVENSI
1. Diagnosa Keperawatan I:
Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Intervensi:
Tinjau ulang
catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
Pertahankan
kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung.
Berikan dan
instruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi.
Demonstrasikan
massase fundus yang tepat.
Pantau suhu,
nadi, pernapasan.
Observasi/catat
tanda infeksi lain.
Pantau masukan
oral/parenteral.
Anjurkan posisi
semi fowler.
Selidiki
keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada.
Anjurkan ibu
bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak
putih.
Kolaborasi
dengan medis.
2. Diagnosa Keperawatan II:
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak
adekuat.
Intervensi:
Anjurkan
pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila masukan oral
dibatasi.
Tingkatkan
masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan nutrisi lain.
Anjurkan
tidur/istirahat adekuat.
Kolaborasi
dengan medis:
Berikan
cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
Berikan
parenteral zat besi dan atau vitamin sesuai indikasi.
Bantu
penempatan selang nasogastrik dan Miller Abbot.
3. Diagnosa Keperawatan III:
Nyeri akut
berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
Intervensi:
Kaji lokasi dan
sifat ketidakmampuan/nyeri.
Berikan
instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan dan kehangatan.
Instruksikan
klien dalam melakukan teknik relaksasi.
Anjurkan
kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.
Kolaborasi
dengan medis:
a) Berikan analgesik/antibiotik.
b) Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan
lampu pemanas/rendam duduk sesuai indikasi.
4. Diagnosa Keperawatan IV:
Resiko tinggi
terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan interupsi pada proses
pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri.
Intervensi:
Berikan
kesempatan untuk kontak ibu bayi kapan saja memungkinkan.
Pantau respon
emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi, seperti depresi dan
marah.
Anjurkan klien
untuk menyusui bayi.
Observasi
interaksi bayi-ibu.
Anjurkan
ayah/anggota keluarga lain untuk merawat dan berinteraksi dengan bayi.
Kolaborasi
dengan medis.
E. EVALUASI
1.Diagnosa
Keperawatan I
a. Mengungkapkan pemahaman tentang faktor
resiko penyebab secara individual. Melakukan perilaku untuk membatasi
penyebaran infeksi dengan tepat, menurunkan risiko komplikasi.
b. Mencapai pemulihan tepat waktu.
2. Diagnosa Keperawatan II
Memenuhi
kebutuhan nutrisi yang dibuktikan oleh pemulihan luka tepat waktu, tingkat
energi tepat, penurunan berat badan dan Hb/Ht dalam batas normal yang
diharapkan pasca partum.
3. Diagnosa Keperawatan III
a. Mengidentifikasi/menggunakan tindakan
kenyamanan yang tepat secara individu.
b. Melaporkan ketidaknyamanan hilang atau
terkontrol.
4.
Diagnosa Keperawatan IV
a. Menunjukkan perilaku kedekatan terus-menerus
selama interaksi orang tua-bayi.
b. Mempertahankan/melakukan tanggung jawab
untuk perawatan fisik dan emosi terhadap bayi baru lahir, sesuai kemampuan.
c. Mengekspresikan kenyamanan dengan peran
sebagai orang tua.
Gambar Alat Reproduksipada Wanita :
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NYONYA A DENGAN
ENDOMETRITIS
Kasus:
Ny. B, 30 tahun P2AO mengeluh keram
perut pada saat menstruasi. Hal ini terjadi semenjak menstruasi pertama. Rasa
nyeri itu menjalar sampai kepinggang dan ke paha bawah sampai Ny. B sulit untuk
berjalan. Selama nyeri berlangsung disertai dengan demam
Pertanyaan :
- Apa yang dialami oleh Ny. A?
- Jelaskan kasus itu bisa terjadi
dan buat asuhan keperawatannya
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Pengkajian :
Identitas Pasien:
Nama : Ny. B
Umur : 30 tahun
Data subyektif:
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->klien mengeluh kram perut pada saat
menstruasi.
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Klien mempunyai 2 orang anak, belum
pernah abortus
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Klien mengatakan nyeri menjalar ke
pinggang dan paha
Data Obyektif:
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Suhu 38oC
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Klien susah berjalan
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Nyeri tekan pada perut bagian bawah
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Diagnosa Keperawatan
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Nyeri akut berhubungan dengan respon
tubuh dan sifat infeksi.
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan prosedur invasive
RENCANA PERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Nyeri akut
berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
Data subyektif:
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-klien mengeluh kram perut pada saat menstruasi.
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-Klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang dan paha
Data
Obyektif:
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-Klien susah berjalan
-Nyeri tekan
pada perut bagian bawah
|
Nyeriberkurang
|
Kaji lokasi
dan sifat ketidakmampuan/nyeri.
Berikan
instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan dan kehangatan.
Instruksikan
klien dalam melakukan teknik relaksasi.
Anjurkan
kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.
Kolaborasi
dengan medis:
a)Berikan
analgesik/antibiotik.
b)Berkan
kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas/rendam duduk sesuai
indikasi
|
||
Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Data
subyektif:
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-klien mengeluh kram perut pada saat menstruasi.
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-Klien mempunyai 2 orang anak, belum pernah abortus
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-Klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang dan paha
Data Obyektif:
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-Suhu 38oC
<!--[if !supportLists]-->-
<!--[endif]-->-Klien susah berjalan
-Nyeri tekan pada perut bagian bawah
|
Tidakterjadiinfeksi
|
Tinjau ulang
catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
Pertahankan
kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung.
Berikan dan
instruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi.
Demonstrasikan
massase fundus yang tepat.
Pantau suhu,
nadi, pernapasan.
Observasi/catat
tanda infeksi lain.
Pantau
masukan oral/parenteral.
Anjurkan
posisi semi fowler.
Selidiki
keluhan nyeri kaki dan dada.
Anjurkan ibu
bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak
putih.
Kolaborasi
dengan medis.
|
DAFTAR PUSTAKA
Barlzad, A.
(1993). Endokrinologi Ginekologi.Jakarta: KSERI. Media Aesculapius.
Doengoes,
Marilynn. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Dokumentasi Perawatan Klien.Jakarta: EGC.
Mansjoer, A.
(1999). Kapita Selekta Kedokteran (Jilid 1).Jakarta: Media Aesculapius.
terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...
ReplyDeletehttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-panggul/